Entri Populer

Minggu, 13 Februari 2011

Duel Skutik: Xeon 125 vs Vario Techno

Dear brothers and sist, menurut gue penjualan sepeda motor kedepan akan lebih didominasi oleh type skutik, selain simple tunggangan jenis ini memang cocok banget dengan kondisi jalan diperkotaan yang cenderung macet. Type skutik lebih mudah dikendarai, tinggal puntir gas motor sudah bisa melaju dengan mulus, hal tersebut terjadi karena Skutik mengusung teknologi continuously variable transmission (CVT) yang diadopsi dari mobil.

Perseteruan pabrikan papan atas di-tanah air ini masih didominasi oleh Yamaha & Honda; Duel diantara keduanya memang tak pernah usai. Pada segmen ini Yamaha memang masih sedikit lebih unggul dibandingkan Honda, sehingga wajar saja kalo Yamaha ingin tetap menjaga superioritasnya dengan meluncurkan Type skutik anyar ini pada hari Jum’at 30 April 2010 di X2 Club – Plaza Senayan Lt.4, Jam 15.00. Woowww… serba ‘X’ nih… Type Skutik berawalan ‘X’ & launching di ‘X2 Club’ yang juga berawalan ‘X’. Hmmm… nice co branding… Hehehe…
Pada bagian dada kedua variant skutik ini sudah mengadopsi double headlamp, hmmm… tinggal pilih yang mana, suka yang meruncing atau membulat…
Tampak sisi depan bagian kanan kedua variant yang sama-sama menonjolkan body dengan garis desain yang manis…
Tampilan panel speedometer kedua variant, Xeon di-kiri & Vario Techno di-kanan. Xeon terlihat lebih simple sedangkan Vario terkesan lebih lapang.
Nilai tambah Skutik Yamaha Xeon 125 (selain dari ukuran cc) adalah pada penggunaan material Cylinder Diasil & Forged Piston yang konon lebih kuat & berdaya tahan tinggi, untuk itu Pihak Yamaha berani memberikan garansi 5 tahun/50.000 km.
Sedangkan kelebihan Skutik Honda Vario CBS Techno, adalah dari aspek keamanan, yaitu pengaplikasian Comby Brake System (CBS) yang dapat membantu pengereman, dengan sistem ini kedua roda baik depan dan belakang dapat berhenti secara hampir bersamaan, sehingga dapat menghindari ban terkunci ketika terjadi Panic breaking braking. Selain itu side stand switch-nya juga bisa membuat mesin mati ketika standar samping dibuka. Ditambah fitur Parking brake lock.
Nah, terakhir tentu adalah dari segi HARGA… Karena penentuan harga yang tepat akan membuat Skutik ini laris manis. Vario CBS Techno sudah resmi dirilis dengan harga Rp. 15,5 Juta, itupun kita harus sabar nunggu 1 sampai dengan 2 bulan.
Mungkin peluang inilah yang dilihat oleh pihak Yamaha ketika meluncurkan sang Mr. ‘X’ (Xeon 125) ini, sekaligus juga memberikan pilihan baru bagi konsumen yang kecewa karena harus indent lama untuk bisa membawa pulang Vario Techno. Tinggal sekarang mau di-HARGAI berapa sang Mr. ‘X’ ini, akankah head to head dengan Vario CBS Techno yang kalah dalam kapasitas mesin tapi unggul pada fitur safety.
Atau justru sang-Mr.’X’ ini akan dipakai sebagai ‘senjata pemusnah massal’-nya Yamaha untuk membunuh type Vario CBS Techno dengan memberikan harga yang berpihak pada konsumen yaitu sekitar 14 Jutaan.
Dengan cc diatas Vario type apapun, desain body yang menarik serta jaminan garansi 5 tahun untuk Cylinder Diasil & Forged Piston-nya membuat siapapun akan mempertimbangkan untuk melirik sang Mr. ‘X’ ini. So, the choice is yours…!!!
                                                          up to you select which one                                                       

Pertarungan CDI Unlimiter: CDI Rextor, CDI BRT, XP 202, CDI Cheetah

OTOMOTIFNET – Setelah sebelumnya melakukan tes optimalisasi bahan bakar dengan berbagai macam produk pengirit bahan bakar yang di rancang oleh Hendry Martin, ST. Kali ini Otonetters, komunitas member di Forum OTOMOTIFNET.COM kembali mengibarkan bendera Otoneters Indepnedent Tester dengan melakukan pengetesan CDI programmable untuk Honda Supra X125.
Sekaligus dipilih 4 merek dalam pengetesan ini yaitu BRT, Rextor, XP202 dan Cheetah Power. Syaratnya harga jual masing-masing CDI yang diiukutkan dalam komparasi ini harus tidak lebih Rp 500 ribu. Harga ini paling ideal untuk kebutuhan korek harian atau sekedar plug & play pada motor dengan spek standar.
Pengetesan CDI berlangsung cukup panjang dari akhir Februari hingga awal April ini. Panjangnya waktu disebabkan ada empat variable pengetesan yang dites secara terpisah. Yaitu, peak rpm untuk mencari siapa yang punya limiter paling tinggi. Kemudian ada tes akselerasi dengan menggunakan alat ukur Racelogic.
Dilanjutkan dengan melakukan tes konsumsi bahan bakar dan terakhir tes power dan torsi dengan dyno tes. Tujuan pengetesan ini dalam beberapa tahapan terpisah, bukan untuk mencari siapa yang terbaik diantara keempat CDI tersebut. Tapi lebih berfungsi untuk memetakan mana yang terbaik sesuai kebutuhan konsumen. Mengingat tiap CDI memiliki karakter yang berbeda satu sama lain.
Motivasi konsumen dalam memilih CDI pun berbeda-beda. Ada yang mengganti CDI sekedar karena mencari tenaga besar tapi ada juga yang hanya ingin akselerasi motornya makin ngacir atau malah ingin konsumsi bahan bakarnya semakin irit. So, mari ikuti ringkasan dari empat proses pengetesan ini.
Pengetesan ini dilakukan pada sebuah Honda Supra X125 pinjaman dari PT Astra Honda Motor (AHM) dalam kondisi benar-benar baru dan standar tanpa ubahan apapun. Juga dipilih tiga tester untuk menjalani semua rangkaian pengetesan. Dua dari member Forum OTOMOTIFNET.com (Bintang Pradipta dan Spidlova) dan satu wakil dari redaksi OTOMOTIFNET.com (Popo).
Dalam keseluruhan pengetesan ini digunakan kurva yang telah direkomendasikan oleh masing-masing produsen CDI. BRT meminta klik kurvanya disetting di posisi angka 8 yang artinya timing pengapian di atur pada 35 derajat sebelum titik mati atas. Rextor memilih kurva ditaruh di posisi angka 0. Sedang Cheetah Power menyarankan untuk menggunakan kurva pertama. Dan XP202 karena tidak memiliki pilihan kurva maka langsung colok.
Pengetesan Tahap 1 : Siapa Limiter Tertinggi?
Bertempat di bengkel Otomotif Service Station (OSS), pengukuran dilakukan dengan rpm meter merek BRT. Suhu mesin dipatok 70 derajat celcius dengan toleransi 5 derajat celcius. Masing-masing CDI dapat giliran digeber dua sampai tiga kali. Hasilnya saat di gas pada putaran mesin( rpm) paling tinggi, semua CDI ini mampu membuat mesin berteriak lebih dari 12.000 rpm. Bandingkan dengan CDI standar yang hanya bermain di angka 9.000 rpm.
CDI Standar = 9.841 rpm
CDI BRT Neo Click = 12.930 rpm
CDI Cheetah Power CP 400 = 12.700 rpm
CDI XP = 12.400 rpm
CDI REXTOR = 12.280 rpm

Pengetesan Tahap 2: Siapa Akselerasi Tercepat?

Bertempat di depan kantor OTOMOTIFNET.com pengetesan akselerasi dimulai pada jam 11 malam saat kondisi jalan sudah benar-benar lengang. Panjang lintasan sekitar 300 meter, 200 meter untuk pengetesan dan 100 untuk jarak pengereman. Panjang trek ini mirip panjang lintasan drag bike yang panjangnya 201 meter.
Kondisi mesin tetap standar tanpa ubahan apapun. Dan semua tester (Bintang pradipta, Spidlova dan Popo) punya kesempatan 2 kali running untuk tiap CDI. Hasil di bawah ini diambil catatan waktu terbaik untuk 100m dan 200m. Catatan waktu selama pengetesan ini diukur dengan alat ukur Racelogic.
CDI Standar
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100     10.0
0-200     14.7
Bintang Pradipta
0-100     11.7
0-200     16.7
Popo
0-100     09.0
0-200     14.1

CDI BRT Neo Click
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100     10.3
0-200     15.1
Bintang Pradipta
0-100     09.4
0-200     14.2
Popo
0-100     08.5
0-200     13.3

CDI Cheetah Power CP 400
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100     08.1
0-200     12.9
Bintang Pradipta
0-100     09.6
0-200     14.6
Popo
0-100     09.3
0-200     14.4

CDI XP
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100     09.5
0-200     14.4
Bintang Pradipta
0-100     09.7
0-200     14.6
Popo
0-100     09.1
0-200     14.0

CDI REXTOR
Spidlova
Distance(m) Time(s)
0-100     10.6
0-200     15.4
Bintang Pradipta
0-100     09.6
0-200     14.5
Popo
0-100     09.2
0-200     14.1

Pengetesan Tahap 3: Sipa Konsumsi Bahan Bakar Teririt?

Pengukuran konsumsi bahan bakar dilakukan dengan menggunakan burette (gelas ukur), cara pengetesannya dengan melihat siapa yang paling cepat menghabiskan 100ml bensin. Secara sederhana dari hasilnya bisa dilihat, yang cepat habis berarti boros sedang yang lama abisnya berarti irit.
Saat pengetesan motor dalam keadaan diam dengan suhu mesin dipatok pada kurang lebih 70 derajat celcius. Dan putaran mesin dibuat statis pada 5000rpm. Pengukuran dilakukan dengan 3 stopwatch yang dipegang oleh Arseen lupin, Nanda, dan David. Didapat hasil rata-rata sebagai berikut:
CDI Standar : 1 menit 16 detik
CDI BRT Neo Click : 1 menit 25 detik (penghematan 11,84%)
CDI Cheetah Power CP 400 : 1 menit 22 detik (penghematan 7,89%)
CDI XP : 1 menit 15 detik (lebih boros 1,31%)
CDI Rextor : 1 menit 17 detik (penghematan 1,31%)

Pengetesan Tahap 4: Siapa Power Tertinggi?

Test terakhir ini dilakukan di dynamometer bermerek Dyno Dynamic milik bengkel Khatulistiwa dikawasan Jl Pramuka, Jakarta Timur. Pengetesan dyno dilakukan tanpa ubahan apapun pada motor. Bahkan settingan angin dan bensin pada karburator dibuat seragam meski gonta ganti CDI. Pengetesan dilakukan 2 kali, dengan spuyer standar dan dengan spuyer yang sudah naik satu step dari standar. Ukuran 35/75 menjadi 38/78.
CDI juga tetap menggunakan pilihan klik/kurva yang sama dengan 3 test sebelumnya. Pada pengetesan ini suhu mesin dipatok seragam pada 90 derajat celcius sebelum mesin digas. Berkat blower yang dipasang di dekat blok silinder suhu mesin selama pengetesan bisa stabil dikisaran 100-110 derajat celcius. Dan tiap CDI punya kesempatan 5 kali run. Hasil yang diperoleh cukup mencengangkan.
Sesi pertama tanpa jeting
Max Power CDI Standar : 8 dk
Max Power CDI XP : 7,8 dk
Max Power CDI Rextor : 7,9 dk
Max Power CDI Cheetah Power : 7,3 dk
Max Power CDI BRT : 7,7 dk

Sesi kedua dengan jeting

Max Power CDI Standar : 7,4 dk
Max Power CDI XP : 6,1 dk
Max Power CDI Rextor : 7,5 dk
Max Power CDI Cheetah Power : 6,8 dk
Max Power CDI BRT : 7,3 dk